Senin, 10 September 2018

Persami SDI dan Eksistensi Bumi Pertiwi


KABAR SDI - Jauh sebelum hari ini, Gerakan Pramuka atau dulu disebut kepanduan telah menjadi pioner kesuburan nasionalisme dan patriotisme anak muda Indonesia. Saat ini fakta kemajuan teknologi yang pesat menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi Pramuka.

Itulah kenapa, dibutuhkan revolusi atau gebrakan kegiatan kekinian dalam tubuh kegiatan kepramukaan. Khususnya dalam upaya merealisasikan visi dan misi Pramuka yang telah diusung pendirinya, juga bapak pendiri bangsa.

Salah satunya yang terus diupayakan oleh para tim pembina Pramuka SD Islam Babadan. Yakni, para alumni yang tetap berkecimpu di Pramuka meski memiliki beragam profesi dan kesibukkan masing-masing.

Persami Jadi SSC

Perkemahan SD Islam Babadan mulai diadakan pada 2010. Dengan peserta perdananya hanya dua regu, sepuluh putra dan putri.

Hingga menginjak tahun kedelapan, geliat antusiasme peserta dan orang tua kian tinggi. Khusunya  saat konsep kegiatannya berkaca pada kegiatan East Java Scout Challenge. Yakni, sebuah event Pramuka yang digelar anak-anak muda milenial dari Jawa Pos.

Tepatnya pada 2014, persami SD Islam Babdan berganti menjadi SSC. Yakni, SD Islam Babadan Scout Challenge.

Sebagai Gengsi dan Eksistensi

Pengalaman kegiatan kepramukaan di tingkat Kecamatan Wlingi yang tidak patut membuat konsep kegiatan kian paten dan rutin digelar di SD Islam Babadan. Sebab, Pramuka mengajarkan anak muda untuk semangat berkarya. Tidak untuk berlatih memanipulasi data perolehan nilai hanya sekadar sebuah kebanggaan berupa piala kegiatan. Seperti diperlihatkan kegiatan ranting kecamatan.

Akhirnya, segenap pembina Pramuka SD Islam Babadan yang kerap mengikuti kegiatan Pramuka tingkat daerah memutuskan menggelar kegiatan Pramuka yang inovatif, sportif, nasionalis, dan terutama Pancasilais. Yakni, dengan inovasi kegiatan tingkat lokal SD berekpektasi tingkat di atasnya. Terutama soal konsep kegiatan.

Tujuan semua itu, antara lain, melatih generasi muda untuk inovatif dan sportif serta menanamkan solidaritas sebagai bentuk penguatan persatuan dan kesatuan elemen bangsa. Tidak seperti yang ditunjukkan dalam beberapa kegiatan tingkat ranting kecamatan.

Itulah kenapa media itu dibentuk. Untuk memberikan aura positif untuk berusaha membangun kemajuan Indonesia melalui pembangunan mental pemuda yang sportif, anti koruptif, kolutif, dan nepotistis. Khusunya berupaya mengubur sikap-sikap non kepahlawanan yang sering ditunjukkan kegiatan ranting.

Media Belajar, Berpesta, dan Merangkai Asa

Pengalaman anak dirasa sangat penting dalam membentuk karakter kepemimpinan. Itulah kenapa persami ini benar-benar dikerjakan dengan matang dan syarat akan filosofi.

Anak-anak adalah selembar kertas kosong yang perlu seorang penulis dingin memberikab nilai. Karena itu, SSC ditujukan menjadi media belajar, berpesta, dan merangkai asa murid-murid.

Perwujudannya coba direalisasikan dengan hal yang sederhana. Berupa, perlombaan nasionalis yang kami wujudkan dengan tantangan Pancasila, arah mata angin, dan indonesia raya.

Sebab, setiap manusia yang ada di Indonesia tanpa disadari memiliki kewajiban memajukan bangsa ini dengan beragam cara. Terutama Pramuka, tanggung jawab itu sanan jelas dengan pembangunan kaeakter yang baik.

Yang aneh, dalam event kegiatan Pramuka sebagai organisasi yang nasionalis, masih ada oknum yang menunjukkan hal yang berkebalikan dengan prinsip pendirinya. Terlebih, ada oknum pembina yang merasa lebih baik dan memancing air mata anak-anak gara-gara masalah pribadi yang tidak selesai-selesai.

Karena itu, mari bersatu. Bersama-sama kita perangi praktik-praktik keteledanan yang kurang baik. Khususnya untuk turut membangun generasi emas Indonesia. (err)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar